Kamis, 12 Januari 2012

AS Melancarkan Perang Baru di Afghanistan

Perang AS di Afghanistan makin tak jelas. Gagal menumpas Taliban dan Al-Qaida yang dicap AS sebagai teroris, militer AS sekarang menggunakan dalih 'perang melawan narkotika' untuk menumpas Taliban.
Surat kabar New York Times edisi Minggu (9/8) menurunkan laporan tentang misi Pentagon untuk 'menangkap atau membunuh' 50 orang Afghanistan yang dituding AS sebagai gembong penjualan narkotika di Afghanistan. Kelimapuluh orang itu dianggap sebagai sumber dana bagi Taliban yang mendapatkan uangnya dari hasil penjualan narkotika.
Sebuah hasil studi Kongres AS yang akan dirilis minggu-minggu mendukung langkah Pentagon. Para komandan militer AS, menurut laporan studi itu, menyatakan kebijakan "menangkap atau membunuh" orang-orang yang oleh militer AS dianggap sebagai gembong narkotika adalah kebijakan yang sah menurut hukum militer dan hukum internasional.
Laporan studi tersebut juga mengutip pernyataan dua jenderal AS yang bertugas di Afghanistan bahwa Pentagon memiliki daftar berisi ratusan nama yang diduga menyalurkan bantuan dana pada Taliban. Namun laporan tersebut tidak mencantumkan nama kedua jenderal itu.
"Kami punya daftar 367 nama yang harus 'ditangkap atau dibunuh', termasuk 50 orang target yang berhubungan dengan narkotika dan kelompok militan," kata salah seorang jenderal pada Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS.
AS mencoba mengelabui publik dengan menggulirkan wacana bahwa sumber dana kelompok Taliban berasal dari hasil perdagangan narkotika yang belakangan marak di Afghanistan. Padahal, produksi narkotika di Afghanistan meningkat tajam setelah AS menggelar operasi 'Enduring Freedom' ke Afghanistan tahun 2001 dengan dalih memburu pimpinan jaringan teroris Al-Qaida, Usamah bin Ladin dan menumbangkan pemerintahan Taliban di Afghanistan.
Selama delapan tahun kehadiran militer AS ke Afghanistan, menurut data PBB, Afghanistan memasok 90 persen narkotika dunia. Pada masa pemerintahan Taliban, produksi narkotika dari Afghanistan hanya 185 ton. Setelah invasi AS ke Afghanistan produksi narkotika negeri itu meningkat tajam, bahkan mencapai 3.400 ton pada tahun 2007 dan mencapai titik tertinggi sebanyak 8.200 ton.
Pada tahun 2008, di provinsi Helmand saja terdapat lebih dari 103.000 hektar kebun opium, bahan dasar narkotika. Para pejabat pemerintahan di Afghanistan menuding militer AS dan pasukan koalisinya yang sebenarnya menguasai kebun-kebun opium itu, tapi liciknya AS, negara adikuasa ini malah balik menuding bahwa ladang-ladang opium itu menjadi sumber dana bagi gerakan Taliban.
CIA dan dan pihak intelijen militer AS menuding Taliban telah menerima dana sebesar 70 juta dollar setiap tahunnya dari hasil perdagangan narkotika. Untuk itu, Pentagon merasa perlu menggelar perang baru di Afghanistan, 'perang menumpas narkotika' sebagai dalih untuk memutus mata rantai sumber dana Taliban agar gerakan perlawanannya melemah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar